Senin, 20 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA
 






DISUSUN OLEH :
NUR RAHMAH
X.IA.1 (EC)


JUDUL :
            Mengukur suatu benda dengan alat ukur
TUJUAN :
            Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur panjang dan massa dengan baik.
ALAT DAN BAHAN :
            ALAT :
·         Jangka Sorong
·         Mikrometer Sekrup
·         Neraca Ohauss
BAHAN :
·         Pensil/pen
·         Penghapus/Rautan
·         Buku Tulis
·         Asbak
·         Tip X
·         Penutup Pulpen








LANDASAN TEORI :
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan alat ukur, ada beberapa macam alat ukur yang sering digunakan dalam pengukuran panjang, yaitu mistar,jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Menurut Allen & Yen (1979: 2) pengukuran (measurement) adalah penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang mencerminkan sifat (karakteristik) dari individu.
            Menurut Miller (2008: 2), pengukuran adalah deskripsi kuantitatif prestasi individu dari peserta didik pada tes tunggal atau beberapa tes penilaian. Menurut Saifuddin Azwar (2010: 3) pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka terhadap atribut atau variabel suatu kontinum.Sementara itu, menurut Anas Sudijono (2011: 4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah proses pemberian angka atau deskripsi numerik kepada individu. Hasil dari pengukuran adalah angka. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pengukuran bersifat kuantitatif.
Menurut Saifuddin Azwar (2010: 4-6) karekteristik dari pengukuran, yaitu:
1) perbandingan antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri; 2) hasilnya dinyatakan secara kuantitatif artinya, hasil pengukuran berwujud angka; 3) hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya sebatas memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih jauh. Dari ketiga karakteristik yang disebutkan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa pengukuran merupakan pengambilan keputusan yang menghasilkan sebuah angka tetapi angka yang diberikan tidak memberikan interpretasi lebih jauh.
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan.



Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :
1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur. Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.
Pengukuran semua besaran sebenarnya statif terhadap suatu standar atau satuan tertentu, dan satuan ini dipastikan disamping nilai numeriknya. Satuan internasional yang pertama adalah meter, dinyatakan sebagai standar panjang oleh French Academy of Sciences, pada tahuan 1970-an. Meter standar awalnya ditentukan sebesar satu persepuluh juta dari jarak antara garis equador bumi dengan salah satu kutub, dibuatlah sebuah penggaris platinum untuk mempersantesikan panjang ini. Tahun 1889, meter didefinisikan sebagai jarak antara dua tanda yang dibuat jelas pada sebuah penggaris campuran platinum iridium. Tahun 1960, meter didefinisikan sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya jingga yang dipancarkan oleh gas krypton 86. Tahun 1983 meter kembali didefinisikan ulang dalam hubungannya dengan kecepatan cahaya. Difinisi yang barui adalah: ‘’ Meter merupakan panjang jalur yang dilalui oleh cahaya pada ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.456 sekon (s) selama bertahun-tahun, sekon didefinisikan sebagai 1/86.400 dari rata-rata hari matahari sebagai satuan standar waktu. Standar sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk 9.192.631.770 periode radiasi ini. Adapun standar massa adalah kilogram (Kg), yaitu sebuah platinum-iridium  khusus, yang disimpan di internasional bureau of luieghts and measures didekat kota paris yang massanya didefinisikan tepat 1 kg (Glancolli, 2001:10-12).
Konferensi umum mengenai berta dan ukuran ke 14 (1971) menetapkan 7 besaran sebagai dasar bagi system satuan internasional, dari bahasa francis: le sisteme internasional de unites. “pada satuan Si ini standar panjang adalah meter, standar waktu adalah sekon, dan standar massa adalah Kg, system ini disebut system MKS. Adapun system metric lainnya adalah system CGS, dimana centi meter, gram dan sekon adalah satuan standar untuk panjang massa dan waktu. Brits enjenering system memakai standar foot untuk panjang, pourd untuk gaya dan sekon untuk waktu (Halliday, 1998:5-6).

Saat melakukan pengukuran, kita tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan ada 2 macam, yaitu; kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Adapun kesalah sistematik diantarannya kesalahan kaliberasi, kesalahan titik nol, kesalahan alat lainnya, gesekan, kesalahan paralaks, dan keadaan saat kerja. Kesalahan-kesalahan itu akan menyebabkan penyeimbangan hasil pengukuran. Namun pada prinsipnya kesalahan tersebut dapat dikoresi atau diperhitungkan. Selain kesalahan, ada ketidakpastian pengukuran terulang. Sedangkan kesalahan acak ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu, yang mengganggu kerja alat ukur, misalnya gerak brown , fluktuasi, tegangan listrik, derau (noise) elektronik yang bersifat acak dan sukar dikendalikan (istiyono, 2005:11-13).
Pengukuran sebenarnya merupakan proses perbandingan nilai besaran yang belum diketahui dengan nialai standar yang sudah ditetapakan. Dalam fisika dan tekhnik, pengukuran merupakan aktifitas yang membandingkan kuantitas fisika dari objek dan kejadian dunia nyata. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur terkena error peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi.













LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
        I.            JANGKA SORONG
Pertama-tama kami memastikan bahwa baut pengunci dalam keadaan terbuka.
Lalu, kami membuka rahang bawah jangka sorong.
Setelah itu, kami memasukkan benda yang akan diukur di rahang bawah jangka sorong.
Lalu,kami menggeser kembali rahang geser hingga tepat pada benda.
Kemudian,kami memutar baut pengunci ke kanan.
Lalu,kami membaca berapa skala yang ditunjukkan.
     II.            MIKROMETER SEKRUP
Pertama-tama kami memastikan bahwa baut pengunci dalam keadaan terbuka.
Lalu,kami membuka rahang pada skala putar hingga benda dapat dimasukkan.
Setelah itu,kami meletakkan benda yang akan diukur pada rahang dan memutar kembali sampai tepat.
Lalu,kami memutar baut pengunci hingga skala putar tidak dapat digerakkan.
Lalu,kami  membaca berapa skala yang ditunjukkan.
   III.            NERACA OHAUSS
Pertama-tama kami memastikan bahwa keadaan neraca dalam keadaan setimbang.
Lalu kami meletakkan benda yang akan diukur.
Kemudian kami menggesekan petunjuk skala pada lengan ke 1,lengan ke 2 dan lengan ke 3.
Lalu,kami membaca berapa skala yang ditunjukkan tiap lengan.











HASIL PENGAMATAN :
NO.
ALAT UKUR
NAMA BENDA
PENUNJUKAN SKALA UNTUK BENDA
PANJANG/TEBAL BENDA
HASIL PENGUKURAN
1.
Jangka Sorong
Pensil/pen
SU : 25 Skala
SN : 5 Skala
25 mm
5 x 0,02 mm=0,1mm
25,1 mm = 2,51 cm


Penghapus
SU : 3 Skala
SN : 3,9 Skala
3 mm
3,9 x 0,02 mm=0,78mm
3,0708 mm=0,3078 cm


Rautan
SU : 3,1 Skala
SN : 2 Skala
3,1 mm
2 x 0,02 mm=0,04 mm
3,14 mm=0,314 cm
2.
Mikrometer sekrup
Diameter pulpen
SU : 9 Skala
SN : 13 Skala
9 mm + 0,13 mm
9,13 mm


Diameter penutup pulpen
SU : 11 Skala
SN : 43 Skala
11 mm + 0,43 mm
11,43 mm


Tebal buku
SU : 4 Skala
SN : 8 Skala
4 mm + 0,8 mm
4,8 mm
3.
Neraca Ohauss
Buku Tulis
100 gram
30 gram
4 gram
0,5 gram
100 gram + 30 gram +4 gram + 0,5 gram
134,5 gram


Asbak
100 gram
0 gram
3 gram
0,7 gram
100 gram + 0 gram + 3 gram +0,7 gram
103,7 gram


Tip X
0 gram
30 gram
9 gram
0,2 gram
0 gram + 30 gram +9 gram + 0,2 gram
39,2 gram


ANALISIS HASIL PENGAMATAN :
                   JANGKA SORONG
PENSIL :
                   X  =  NSU + NSN
                        =   25 + 5 x 0,02
                        =   25 + 0,1
                        =   25,1 mm = 2,51 cm
                   Pelaporan = X ±     T
                                    =  2,51 ± ½ 0,02
                                    =  2,51 ± 0,04
                   X.maksimal =  2,51 + 0,04
                                       =  2,55
                   X.minimal = 2,51 – 0,04
                                    =  2,47
PENGHAPUS :
                   X = NSU + NSN
                       = 3 + 3,9 x 0,02
                       = 3 + 0,078
                       = 3,078 mm = 0,3078 cm
                   Pelaporan =  X ±     T
                                    = 3,078 ± ½ 0,02
                                    = 3,078 ± 0,04
                   X.maksimal = 3,078 + 0,04   = 3,118     
                   X.minimal   = 3,078 – 0,04   =  3,038
RAUTAN :
                     X  = NSU + NSN
                         = 3,1 + 2 x 0,02
                         = 3,1 + 0,04
                         = 3,14 mm  = 0,314 cm
                     Pelaporan = X ±     T
                                      = 3,14 ± ½ 0,02
                                      = 3,14 ± 0,04
                     X.maksimal = 3,14  + 0,04
                                         = 3,18
                     X.minimal  = 3,14 – 0,04
                                        = 3,1
                     MIKROMETER SEKRUP
PULPEN :
                     X = NSU + NSN
                        =  9 + 0,13 x 0,02
                        =  9 + 0,0026
                        = 9,0026
                     Pelaporan =  X ±    T
                                      = 9,0026 ± ½ 0,02
                                     = 9,0026 ± 0,04
                     X.maksimal = 9,0026 + 0,04  = 9,,0426
                     X.minimal   = 9,0026 – 0,04 = 8,9626
PENUTUP PULPEN :
                     X = NSU +NSN
                         = 11 + 0,43 x 0,02
                         = 11 + 0,0086
                         =11,0086
                     Pealporan = X ±    T
                                      = 11,0086 ± ½ 0,02
                                      = 11,0086 ± 0,04
                     X.maksimal = 11,0086 + 0,04
                                         = 11,0486
                     X.minimal = 11,0086 - 0,04
                                       = 10,9686
BUKU TULIS :
                     X = NSU + NSN
                        =  4 + 0,8 x 0,02
                        =  4 + 0,016
                        =  4,016
                     Pelaporan = X ±    T
                                      = 4,016 ± ½ 0,02
                                      = 4,016 ± 0,04
                     X.maksimal = 4,016 + 0,04 = 4,056
                     X.minimal   = 4,016 – 0,04 = 3,976

                     NERACA OHAUS:
BUKU :
                     Lengan 1 + Lengan 2 + Lengan 3 + Lengan 4
                     100 gram + 30 gram + 4 gram + 0,5 gram
                     134,5 gram
ASBAK :
                     Lengan 1 + Lengan 2 + Lengan 3 + Lengan 4
                     100 gram + 0 gram + 3 gram + 0,7 gram
                     103,7 gram
TIP X :
                     Lengan 1 + Lengan 2 + Lengan 3 + Lengan 4
                     0 gram + 30 gram + 9 gram + 0,2 gram
                     39,2 gram

                    


  






PEMBAHASAN :
*      Teori
Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran dalam fisika. Adapun beberapa jenis alat ukur panjang dan massa yaitu:
A.Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua  bagian skala, yaitu skala tetap (tidak dapat digeser)  dan skala nonius (dapat digeser).
B.Micrometer secrup adalah alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm. Untuk mengukur benda-benda yang berukuran pendek atau kecil seperti kawat, kertas, alumunium digunakan micrometer sekrup.
C.Neraca ohauss adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan anak timbangan.
*      Pembahasan
Alat ukuryang bertujuan untuk mempelajari alat ukur waktu dan alat ukur panjang beserta ketelitian masing-masing alat ukur. Alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain jangka sorong,micrometer sekrup dan neraca ohauss. Masing-masing alat ukur mempunyai tingkat ketelitian yang berbeda-beda. Ketepatan hasil pengukuran berulang yang dilakukan dalam percobaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata serta standar deviasi dan % error yang diperoleh dari perhitungan.
Pengukuran dengan micrometer sekrup. Berdasarkan analisis data, hasil pengukuran yang diperoleh sudah sangat teliti dan lebih teliti dari hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dan mistar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ketelitian micrometer sekrup adalah 0,01 mm untuk silet, standar deviasinya 0,0000071 dengan persen error 5,44%, sedangkan kertas standar deviasinya 0,00548 dengan persen error 14,26%, untuk gotri standar deviasinya 0,0000753 dengan persen error 0,46%, dan terkahir kawat, standar deviasinya 0,0000114 dengan persen error 3,31%. Perbedaan persen error didapat dari perbedaan dari nilai rata-rata setiap pengukuran. Standar deviasi menyatakan ketidak pastian hasil pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kesalahan.
PENUTUP :
            Kesimpulan :
Saat melakukan pengukuran kita membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat yang digunakan sebagai patokan atau acuan.Jadi, mengukur mengandung makna membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai patokan atau acuan.Sedangkan hasil pengukuran yang dapat dinyatakan dengan nilai atau angka dinamakan besaran. Selanjutnya acuan atau patokan yang digunakan dinamakan satuan.
            Saran :
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.Alat Ukur.Diakses dari http://www.pengukuran.ac.id.
Giancoli, Douglas C. 2001.Fisika. Jakarta:Erlangga.
Halliday, David.1998. Fisika Jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Istiyono, Eka.2005.Fisika. Klaten: PT Intan Pariwara.